Sejumlah eks relawan Teman Ahok menggelar konferensi pers di Restoran Dua Nyonya, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Rabu (22/6/2016). Mereka mengungkap bagaimana teknis pengumpulan KTP dukungan Ahok yang kini diklaim tembus 1 juta itu. Mereka menyebut ada sejumlah manipulasi dalam pengumpulan KTP.
Selain itu mereka juga mengungkap bahwa Teman Ahok bukanlah relawan. Mereka digaji mingguan dan ditarget mengumpulkan KTP. Selain itu relawan Teman Ahok di tingkatan tertentu juga mendapatkan fasilitas seperti laptop dan handphone.
Memang mereka pernah menjadi relawan Teman Ahok di wilayah. Bahkan ada yang masih terdaftar di website resmi Teman Ahok sebagai salah satu koordinator wilayah. Salah satunya adalah Dodi Hendaryadi yang tercatat sebagai penanggung jawab wilayah Pinang Ranti, Jakarta Timur. Nomor teleponnya juga terpampang.
"Saya bulan Maret sudah keluar, menurut saya kalau saya sudah keluar ya dihapus sehingga tidak ditelepon lagi," kata Dodi dalam konferensi pers itu.
Dodi bergabung dengan Teman Ahok tahun 2015 silam. Baginya pengumpulan KTP teman Ahok realnya tak sampai sejuta.
"Nggak ada data real dan benar, karena saya baru ikut bulan Juni 2015, perlengkapan sudah ditarik semua. Intinya kalau pengumpulan KTP itu ya nggak ada yang real sampai korpos-nya juga," ungkapnya.
Dodi bersama sejumlah kawannya seperti Paulus Romindo, yang dulunya adalah penanggung jawab di daerah Kamal, Jakarta Utara, menggelar jumpa pers. Mereka memilih buka-bukaan dengan empat pertimbangan sebagai berikut:
- Teman Ahok tidak demokratis dan transparan dalam keuangan. Kami tidak pernah diberitahu dari mana uang didapatkan dan berapa jumlahnya.
- Teman Ahok menyampaikan beberapa hal yang tidak sesuai fakta dan bagi kami itu kebohongan pada orang banyak.
- Kami takut tersangkut perkara korupsi dengan ramainya berita adanya indikasi uang Teman Ahok berasal dari aliran dana pengembang yang terkait dengan rencana reklamasi.
- Hati nurani kami memaksa kami untuk secara terbuka menyampaikan kesaksian ini sebagai wujud permintaan maaf kami pada masyarakat.
(detik.com)
0 comments:
Post a Comment