Pukulan mematikan Denny Siregar menghantam kelompok rasis, sok pribumi dan Munafik

Anggapremeh.com - Tulisan Denny Siregar Ibarat aliran air yang turun dari gunung mengalir begitu saja dan tak habis habisnya dinikmati oleh orang disekitarnya , air yang mengalir dari gunung rasanya sangat segar sekali begitupun juga ketika membaca setiap tulisan bung Denny Siregar bikin mata kita segar & membuat rasa ngantuk orang yang membacanya hilang tanpa harus minum kopi hangat

Tulisan bung Denny Siregar kali ini langsung menusuk ulu hati kelompok kelompok yang selama ini RASIS sama Ahok dan merasa paling sok pribumi tapi kelakuannya munafik & bejat,

Mari kita simak bersama sama ulasan menarik bung Denny Siregar berikut ini:

Kelompok Front Pembela Islam
Kelompok Front Pembela Islam

SI CINA AHOK

Bisa dibilang, saya ini adalah FBA atau Fans Berat Ahok. Buat saya Ahok adalah orang hebat.

Tidak usah bicara bagaimana dia membongkar birokrasi dan meng-hantam budaya korupsi yang selama ini menjadi rumah para tikus berdasi, itu cerita basi. Ada hal yang saya kagumi yang jauh lebih dalam dari itu.

Saya hidup pada era dimana kebencian terhadap keturunan Cina begitu mendalam di dada sebagian besar orang. Saya tidak tahu bagaimana asal muasalnya, tapi kebencian itu meski tidak tersampaikan terbuka, menjadi bisik2 yang yang sudah bukan rahasia, bahwa keturunan Cina adalah sebuah momok. Banyak ungkapan2 mengejek yang dulu sering saya dengar dan selalu menjadi bahan guyonan, seperti "masih kecil kok sdh jadi Cina, besarnya nanti jadi apa.." Saya biasanya hanya senyum kecut ditengah tertawa terbahak2 orang sekitar. Dan ini seperti doktrin yang diteruskan dari generasi ke generasi.

Dendam semakin kesumat manakala banyak keturunan Cina yang kaya2. Dan semakin kesumat lagi ketika ternyata mereka itu menjadi pengemplang, menjadi bandar judi dan banyak kejahatan kerah putih lainnya. Seakan2 sudah digariskan bahwa keturunan Cina itu ya seperti itu, bajingan semua. Apalagi ketika melihat banyaknya aparat hukum yang dengan mudahnya dibeli oleh mereka yang keturunan Cina.

Saya yang pada dasarnya tidak suka melihat ada penindasan, kadang menjadi pelindung teman saya yang keturunan Cina. Tidak segan kadang kepalan tangan ini melayang manakala telinga saya sakit mendengar ejekan yang sudah pada taraf menghina dan langsung ditujukan pada orangnya. Paling sopan, saya tinggal orang yg suka menghina itu meski dia teman sendiri dan saya anggap saya tidak cocok bergaul dengannya.

Disitulah timbul empati yang mendalam. Buat saya, bajingan itu sifat mendasar manusia mau itu Cina, Sunda, Arab, Batak, Jawa dan apapun suku juga ras-nya. Jangan kemudian ketika dia keturunan Cina, bencinya semakin tinggi tapi kalau yang sunda benci biasa2 saja. Itu terlalu subjektif dan tidak adil.

Kata2 keturunan Cina diperhalus menjadi keturunan Tionghoa. Itu kerjaan model orde baru yang selalu memperhalus bahasa seperti pelacur menjadi PSK, tapi esensinya sama saja, dan tidak berada pada akar masalah. Bukan itu. Malah buat saya, istilah2 itu hanya buat manis2 bibir saja, tapi hatinya tetap menyimpan bara. Tanya saja, apa ketika ada masalah kejahatan kerah putih yang dilakukan keturunan Cina kemudian mereka memaki dengan bahasa bahwa mereka keturunan Tionghoa ? Tidak juga. Cina ya cina.
Saya begitu heran dengan sekat yang begitu tebal yang bernama pribumi dan non pribumi. Sekat itu bias buat saya. Terus keturunan arab disebut pribumi atau non pri ? Yang keturunan bule dikit tapi kulitnya sudah hitam itu pri atau non pri ? Mereka bisa dianggap pribumi tapi kenapa keturunan Cina tetaplah non pribumi ? Jadi terus definisi pri dan non pri ini apa tepatnya ?

Dan disinilah saya kagum mendalam pada seorang Ahok.

Ia tidak seperti sebagian komunitasnya, yang dengan malu-malu menyebut bahwa mereka keturunan Tionghoa dan tolong jangan disebut Cina. Ahok dengan lantangnya berkata, "Gua Cina terus lu mau apa ?"

Buat saya, kepercayaan diri Ahok itu sama saja dengan, "Aku arek Suroboyo, lapo kon ?" Atau, "Awak anak Medan, mau apa kau ?" Atau yang lainnya. Mengalir bebas tanpa adat. Santai tapi memporak-porandakan sekat. Tidak ada sedikitpun ketakutan akan peristiwa sejarah bahwa keturunan Cina selalu menjadi korban terparah dalam kerusuhan etnis mulai tahun 65 sampai tahun 98.

Ahok tidak berusaha seperti sebagian komunitasnya yang mencoba berbaik2 dengan kaum bersorban - yang merasa sangat pribumi tapi dia juga keturunan arab - supaya dianggap salah satu bagian dari mereka. Ahok benar2 tipikal main hantam dan pembangkang aturan. Dan dia benar. Poin utamanya bukan masalah dia Cina atau bukan. Poin utamanya adalah, "Elu itu manusia apa bukan ?"

Manusia yang dimaksud disini tentulah mahluk yang mengerti fitrahnya bahwa dia bukan tikus yg suka menggerogoti, bukan babi yang suka bermain di tempat kotor, bukan serigala yang suka mencabik mangsa dengan berkelompok, dan bukan sejenis binatang. Tetapi manusia yang dipenuhi akal dan nurani bahwa ia harus mempertanggung-jawabkan semua nanti di hadapan Tuhan. Itu poin pentingnya. Jadi, untuk apa berbaik2 dengan manusia setengah binatang jika kita benar2 memahami kodrat sesungguhnya manusia ?

Ahok membalik semua anggapan bahwa semua keturunan Cina itu bajingan, bangsat yang berwajah hewan. Ia menunjukkan bahwa menjadi binatang itu tidak perlu berwajah Cina, tapi juga berwajah Batak, Sunda, Jawa, Betawi, Arab, Papua dan semuanya. Wajah2 yang bersembunyi dibalik kebanggaan kata "pribumi" tapi sejatinya maling gila2an.

Dan anda tahu siapa yang juga kaget selain mereka yang menganggap dirinya pribumi ? Komunitas keturunan Cina yang ketakutan bahwa apa yg dilakukan Ahok bisa menjadi bumerang. Mereka secara spontan membentuk barisan melawan Ahok dan menganggap apa yg dilakukan Ahok sungguh keterlaluan.

Buat saya, inilah genre baru yang dimainkan. Bosan dengan Jazz yang mendayu2 atau pop dengan bahasa cintanya yang palsu, Ahok datang memainkan Thrash Metal. Ia adalah Kreator di era-nya. Ia adalah Korn dengan musik yang hingar bingar. Ia mendobrak banyak kemapanan. Para orangtua langsung menutup telinga anak2nya supaya tidak mendengar syair2 yang mereka anggap merusak jiwa. Tapi di sisi lain, mereka yang toleran dan berjiwa bebas, melakukan head banging mengikuti iramanya.

Itulah kenapa saya nge-fans dengan Ahok. Mengingatkan saya ketika remaja memenuhi dinding kamar saya dengan poster2 pemusik Rock dari berbagai aliran dan dentuman bass drum dengan double speed pedal yang menggoyangkan dinding kamar. Orangtua menganggap saya mengikuti aliran setan, sedang saya menganggapnya pemberontakan dari kemunafikan.

Dan saya sangat menghormati proses perjuangan Ahok yang saya yakin sangat tidak mudah, lebih keras dari orang biasa. Diremehkan, dibenci, dipandang aneh adalah makanannya bahkan sejak ia belum menjadi remaja. Tapi semua itu tidak membuatnya dendam. Semua itu malah membuatnya menjadi sosok yang hangat yang hatinya hancur ketika ada ketimpangan. Ia memperbaiki puing2 berserakan yang selama ini dibiarkan dan dipelihara untuk dibentur2kan. Ia mencoba menyeimbangkan semua ketidak-adilan yang tanpa terasa sudah menjadi besi berkarat di hati sebagian manusia.

Saya tidak melebih2kan. Inilah pandangan terbaik yang bisa saya kemukakan. Dan saya yakin, banyak juga yang tidak setuju, tapi siapa elu ? Saudara bukan, nenek gua juga bukan. Daripada sibuk membantah gua yang sedang asyik minum kopi, lebih baik lu cari tahu, kenapa Ibas selalu pakai baju lengan panjang...


(Akun Fb Pengamat Media Sosial Denny Siregar)


0 comments: