Apa yang membedakan Manusia dengan Binatang
Anggap Remeh - Charles Robert Darwin ( 1809 - 1873 ) dengan teori evolusinya pernah menyatakan bahwa manusia adalah hewan kera yang selama jutaan tahun mengalami perubahan secara perlahan-lahan atau dengan istilah berevolusi, membentuk makhluk yang lebih sempurna yang disebut sebagai manusia sekarang ini.
Pernyataan tersebut pada akhirnya mengundang sejumlah pertanyaan yang sangat sensasional, baik dari kalangan pemikir, ilmuwan, agamawan, pelajar, maupun masyarakat umum.
Mulai dari pertama kali teori evolusi dinyatakan sampai pada zaman modern sekarang ini, masih tetap lekat dalam ingatan akan pelajaran dan pengetahuan tersebut, dan bahkan sering sekali menjadi bahan dasar acuan alternatif dalam membuat dan mengahsilkan beberapa kajian dan bebebrapa teori lainnya, khususnya menyangkut evolusi dan peradaban.
Teori evolusi yang dinyatakan oleh Charles Darwin tersebut selain menarik untuk disimak dan dipelajari oleh semua kalangan, juga tentunya mengundang sejumlah pertanyaan yang menghasilkan jawaban Pro dan Kontra.
Kitab suci menyebutkan bahwa manusia pertama itu ada dan diciptakan oleh Allah menjadi manusia Adam dan manusia Hawa, dimana "Adam adalah bapak untuk umat manusia yang pertama dan Hawa adalah ibu umat manusia yang pertama pula".
Charles Robert Darwin ( 1809 - 1873 ) |
Salah satu diantara beberapa teori-teori yang dikemukakan tersebut menyatakan bahwa manusia pertama itu bukan Adam dan Hawa, namun sebelum manusia Adam dan Hawa ada, ada mahluk hidup lain yang serupa dengan manusia, dimana mahluk tersebut ada yang sangat besar seperti raksasa dan ada pula yang kerdil.
Kemudian terjadilah persetubuhan antara mahluk yang menyerupai manusia yang terlebih dahulu ada di dunia ini dengan keturunan manusia Adam dan Hawa menghasilkan keturunan yang baru, dimana manusia keturunan Adam dan Hawa itu memiliki tubuh (badan), jiwa (identik dengan ‘nyawa’), dan roh (sesuatu yang hidup abadi pada diri manusia, yang berakal budi dan berpersaaan, yang tidak dapat dilihat oleh mata atau tidak berbadan jasmani) ; sedangkan keturunan mahluk yang menyerupai manusia itu hanya memiliki tubuh dan jiwa saja.
Lukisan manusia pertama Adam dan Hawa |
Namun bagi saya, untuk apalah memikirkan semuanya itu, karena yang pasti manusia itu adalah ciptaan Allah yang memiliki harkat, martabat, dan derajat yang sangat luhur dan lebih tinggi dibandingkan dengan mahluk-mahluk lainnya yang ada di muka bumi ini.
Kitab suci menyebutkan bahwa manusia pertama itu adalah Adam dan Hawa, maka baiklah jika kita menanggapi dan mempercanyai dengan iman dan kepercayaan yang sungguh-sungguh pula; bahwa Adam dan Hawa adalah manusia pertama, dan kita adalah bagian dari keturunannya.
Perbedaan Antara Manusia Dengan Binatang
Manusia jelas berbeda dengan binatang, perbedaaanya bukan hanya karena manusia memiliki roh, yang keadaannya akan selalu abadi dan tidak dapat musnah, dimana roh itu akan tetap hidup untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan tubuh dan jiwa semasa menjalani kehidupan didunia ini, dan akan kembali kepada sang pencipta-Nya kelak, sedangkan binatang hanya memiliki tubuh dan nyawa saja.
Namun perbedaan itu juga sangat-sangat jelas terletak pada akal, pikiran dan rasa, yang akan menggerakan jiwa (nyawa) dan raga, dimana nantinya rohlah yang akan memepertanggungjawabkan semua keinginan dan perbuatan dari raga dan jiwa tersebut.
Plato, ahli filsafat terkemuka lahir di Athena (427-347 SM) |
Plato mempunyai pendapat bahwa jiwa manusia itu terbagi nenjadi dua bagian, yang pertama adalah jiwa badaniah dan yang kedua adalah jiwa rohaniah. “Jika jiwa badaniah akan gugur bersama dengan raga manusianya, jiwa rohaniah tidak akan pernah berakhir ; atau dengan kata lain bersifat abadi. Jiwa rohaniah bertumpu pada rasio dan logika, dan merupakan bagian jiwa yang tertinggi. Oleh karna itu tidak akan pernah mati”. ( Drs. Zulkipli L, Psikologi Perkembangan, penerbit Pt. Rosdakarya - Bandung, 1992 ). Selain itu, menurut ( Buku Informasi dan Refrensi Imam Katolik, Konfrensi Waligereja Indonesia, Penerbit Kanisius dan Obor, 1996 ), bahwa ”Manusia yang merupakan satu kesatuan, dibedakan menjadi tiga medan utama, yakni : tubuh, jiwa, dan roh”.
1. Tubuh
Dengan Tubuh dimaksudkan seluruh bidang kehidupan manusia yang fisik materialnya, segala sesuatu yang menyangkut segi jasmani atau badani hidup manusia. Misalnya makan dan minum, kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan pada umumnya ; juga seluruh bidang ekonomi, pekerjaan, jaminan hidup, dan lingkungan sosial. Jadi ada seribu satu hal yang merupakan dasar material bagi kehidupan manusia.
Jaminan kesehatan, pembangunan, dan pemerataan kekayaan mutlak perlu, tetapi belum dapat membuat hidup menjadi sungguh manusiawi, sebab manusia tidak hanya mempunya tubuh, tetapi juga jiwa.
2. Jiwa
Jiwa meliputi segala sesuatu yang khas manusiawi memiliki ‘hati’ dan ‘budi’ .Semua yang bersangkutan dengan hati atau budi termasuk bidang ‘Jiwa’. Karena itu, bidang jiwa itu mencakup segala sesuatu yang menjamin atau mengusahakan kebebasan manusia, pendidikan masyarakat umum, struktur-struktur sosial politik, tata hukum, tata susila serta budi pekerti ; juga pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa semua itu manusia tidak dapat hidup sebagai manusia.
Dalam semua hal yang disebut diatas, manusia mewujudkan dirinya dalam kebersamaan dengan sesamanya. Ia dituntut bertanggungjawab dan tanggungjawab itu meliputi : pemikiran dan perencanaan, perhatian dan pengawasan, inisiatif perbadi dan usaha bersama, keterbukaan bagi perjumpaan dengan yang lain, keberanian mengambil resiko, kerelaan menghargai hak-hak sesama manusia dan semangat berkorban untuk kesejahteraan bersama.
Manusia terus menerus berkonfrontasi dengan misteri hatinya sendiri, dan dituntut supaya berani menggali tahap-tahap kehidupan yang paling dalam. Tetapi justru ketika berhadapan dengan misteri hatinya, manusia menyadari bahwa seluruh hidupnya melampaui yang manusiawi dengan tak terhingga. Berhadapan dengan misteri hatinya, manusia mulai menyentuh dimensi kehidupan yang lebih dalam lagi, dan yang tidak terjangkau lagi oleh usaha dan kegiatan manusia sendiri.
Manusia mulai menyadari dimensi kehidupan yang lebih unggul atau ‘Transendent’, yang mengatasi tata kehidupan yang dapat dialami langsung. Manusia mulai menyentuh bidang roh.
3. Roh
“Roh” mencakup bidang iman dan kepercayaan. Roh merupakan tempat pertemuan manusia dengan Allah. Maka sebetulnya roh bukan lagi kemampuan manusia. Allah sendirilah yang memberikan roh pada manusia yang memampukan dia menyebut Allah.
Manusia tidak dipaksa, Allah memanggil tetapi tanpa kekuatan dari Allah manusia tidak dapat menjawab panggilan dari Allah.
Manusia sudah merasa diri ditarik dan diarahkan kepada hidup yang mengatasinya. Sebelum bertemu muka dengan Tuhan, manusia sudah menyadari bahwa "Dia bukan penguasa dan pencipta hidupnya". Dan ia percaya akan arti hidupnya, yang dianugrahkan kepadanya.
Optimisme dan pengharapan amat menentukan bidang kehidupan roh. Sebab dengan keberanian iman, manusia mengatasi keterbatasan hidupnya sendiri dan menyentuh keabadian. Dalam roh, manusia mengalami dan menghayati keterbukaan hidupnya. Keterbukaan yang mengarah ke transendent merupakan puncak dan gaya gerak seluruh hidupnya.
Kesadaran Akan Kemanusiaan Pada Manusia Lainnya
Menyadari akan perbedaan yang signifikan antara manusia dan binatang itu, maka manusia ditempatkan pada posisi yang paling tinggi, dimana manusia memiliki harkat, martabat dan derajat yang tertinggi dari semua makhluk hidup yang ada didunia ini.
Perbedaan semacam itu menjadikan manusia harus tersadar bahwa manusia itu bukan hewan, dan harus berperilaku selayaknya manusia pula. Cermin kesadaran manusia akan penghargaan terhadap manusia lainya adalah dapat berupa penghargaan terhadap hak-hak yang dimiliki oleh diri sendiri maupun orang lain; diantaranya adalah hak akan hidup, hak dalam perkawinan / berkeluarga, hak kemerdekaan dan kebebasan, hak akan nama baik, hak akan hak milik, dan hak-hak yang lain sebaganya.
Namun seiring dengan perubahan waktu dan perkembangan jaman, manusiapun mengalami perubahan dan perkembangan pemikiran dan tata moralitas yang beragam pula, namun ironisnya tampilan perubahan dan perkembangan pada diri manusia cenderung banyak yang mengarah pada nilai asusila.
Dimana manusia itu seperti tidak layak disebut manusia, karna baik sifat atau tingkah lakunya hampir menyerupai binatang, sedangkan bintang sendiri ada yang memiliki sifat dan tingkah laku seperti manusia.
"Pembunuhan terhadap manusia yang tidak berdosa, pengguguran kandungan atau yang lebih dikenal dengan kata aborsi, pemerkosaan yang semena-mena apalagi telampau sadis dengan penyiksaan didepan umum ; itu semua merupakan suatu gambaran kecil dari tindakan manusia yang tidak dapat menghargai nilai dan hak-hak dari manusia lainya, dan hampir pantas disebut dengan tindakan kebinatangan".
Sebaliknya banyak binatang-binatang yang bertingkah laku selayaknya manusia ; mempunyai kesopanan, kasih dan setia dalam ukuran binatang menurut kaca pandang manusia.
Oleh sebab itu, jika manusia menyadari akan harkat, martabat dan derajatnya yang ternyata lebih tinggi dari pada hewan, seharusnya manusia lebih menghormati dan menghargai nilai kemanusiaan didalam manusia pribadinya sendiri dan manusia lainnya.
Berawal dari pemikiran yang didapat dari hasil observasi dan kontemplasi, yang berakhir kearah introspeksi pada diri sendiri. Akhirnya, seharusnya manusia menemukan manusia lainya, menghormati dan menghargai manusia lainya itu, selayaknya menghormati dan menghargai manusia seperti manusia yang ada dalam dirinya sendiri.
Penghargaan terhadap nilai dan hak kemanusiaan itu dapat membuat manusia dapat hidup berdampingan sejajar sama tinggi, sama rata, dengan batas-batas dan tugas serta kewajibannya masing-masing, tentunya.
Urut artikel:
Sebelum ini: Paradigma Perkawinan Dan Seksual
Setelah ini: Karunia Dan Berkat Perkawinan
Ikuti tautan #MembangunSurgaKecil untuk fokus pada artikel
Dalam Rumahku Aku Membangun Surga Kecil
(Renungan Singkat Seputar Perkawinan dan Seksual)
0 comments:
Post a Comment