Membangun Dan Melestarikan Pernikahan Yang Romantis

Membangun dan melestarikan Pernikahan yang Romantis



Perlu Diingat . !

  • Perkawinan adalah Perjanjian Kasih dan Kesepakatan Senasib dan Sepenanggungan, maka sebisa mungkin jalanilah proses perkawinan dengan penuh suka cita. 
  • Kesadaran untuk menjalani proses perkawinan yang baik, tidak termotifasi oleh keinginan untuk mengejar kekuasaaan, jabatan, nama besar, uang dan semua fasilitas lain yang dimilki oleh pasangannya, demi memuluskan cita-citanya.


Romantisme


Membangun dan melestarikan pernikahan yang romantis

Anggap Remeh - Hanya sedikit orang yang beranggapan romantisme dalam sebuah perkawinan atau pernikahan merupakan suatu kesia-siaan yang hanya buang-buang waktu saja, namun ada lebih banyak orang beranggapan bahwa romantisme dalam sebuah perkawinan itu perlu ditingkatkan intensitasnya, semakin romantis semakin bahagia.

Tidak sedikit para istri mengharapkan banyak kejutan dari suami tercintanya dan bahkan mereka yang menikah tanpa kemauan sendiri atau pernikahan yang dipaksakan pun sangat mengharapkan perhatian yang lebih dari arti luasnya pengertian romantisme.

Seseorang yang diperlakukan dengan baik dan romantis oleh pasangannya akan terbebas dari belenggu kecemasan yang mengikat perasaannya, mereka merasa dimerdekakan dan dipercaya sepenuhnya, dengan demikian seseorang akan lebih mudah memberikan pengabdian cinta kasih yang tulus, jujur dan ikhlas dari dasar jiwanya.


Fenomena Romantisme


Tidak jarang kita membaca, mendengar dan bahkan menyaksikan sendiri berbagai fenomena yang menyebutkan tentang perilaku para wanita atau istri yang begitu terobsesi ingin mempercantik diri sendiri dengan merias tubuhnya dengan berbagai produk kosmetika dan busana yang mempesona dan berkelas, hanya karena ingin dipuji oleh suaminya?, bahkan jika kurang puas mereka terkadang memoles wajahnya sedemikian rupa hingga sampai melakukan operasi plastik (plastic surgery), hal itu semata - mata dilakukan untuk menunjukkan bahwa dirinya dapat tampil lebih mempesona, mengagumkan, menggairahkan dimata suaminya.

Timbal balik yang mereka harapkan sebenarnya supaya suaminya dapat lebih menyayangi, mencintai, menghargainya, hingga pada akhirnya kebahagiaanlah yang menjadi tujuan utamanya. Namun sialnya sang istri harus menelan pil pahit dikarenakan sang suami kurang peka dengan adanya sinyal-sinyal yang disampaikan oleh istrinya, sehingga bukannya kebahagiaan yang mereka dapatkan namun pertengkaran yang terjadi.

Ilustrasi: Kunci keromantisan
Sekarang untuk bisa saling memahami perasaan satu sama lainnya, intropeksilah pada diri sendiri, bertanyalah dulu pada diri sendiri, apakah saat menikah sudah cukup dilandasi dengan perasaaan saling mencintai satu sama lainnya, saling pengertian dengan kondisi diri yang ada, saling perhatian sebagai suatu ungkapan sikap memberi yang tulus, dan saling terbuka satu sama lain? Jika sekiranya perasaan hati telah menjawab dengan kata “Ya” maka tak perlu diragukan lagi keromantisan pada suami istri pasti telah tercipta dengan sendirinya, dan kasus fenomena diatas seharusnya tidak pernah terjadi, karena keduanya tau apa yang paling diinginkan dalam pernikahan yang dijalaninya.

Namun jika selama ini suami istri melangsungkan pernikahan tanpa dilandasi perasaan seperti yang dijelaskan diatas, dan kalaupun ada namun kadarnya hanya sedikit dan menjadikan pernikahan sebagai syarat kontrak kerja saja, maka sangatlah wajar jika kehidupan perkawinan akan selalu terancam goncang, tidak bahagia serta jauh dari suasana romantis. Kalaupun terlihat romantis, yang terjadi hanya ada “Romantis palsu” yang tujuannya untuk memanipulasi pandangan masyarakat dan keluarga.


Prahara Romantisme Palsu


Romantis Palsu

Suatu contoh: saaat sepasang suami istri menghadiri arisan keluarga, tampak dengan mesranya suami menggandeng dan memeluk istri dengan penuh kemesraan, bicarapun tampak sangat halus dan lembut, sehingga kesan yang dilihat adalah kehidupan perkawinan yang bahagia dan serasi, padahal setelah mereka keluar dari perkumpulan arisan keluarga tersebut, mereka kembali cakar-cakaran, memaki, menyalahkan satu sama lainnya dan kembali membisu saat tidur dalam ranjang yang satu.

Contoh lain yang lebih mudah disaksikan pada kehidupan di kota besar atau berbagai daerah yang masih terjebak dalam pernikahan semu yang seringkali dimanfaatkan oleh para bejabat penyebar syahwat, para kaum berduit yang ingin menikmati kesenangan tubuh semata, jaringan kejahatan yang terorganisasi mengelola jasa pemuas birahi semata, yang pada akhirnya merusak eksistensi tentang konsep pernikahan yang sesungguhnya diinginkan oleh Tuhan menjadi blunder dengan adanya istilah “Suami kontrakan, istri kontrakan yang disebut dengan ‘kawin kontrak’, serta perjodohan”.

Ilustrasi Satir: Pernikahan Palsu
Coba amati dengan teliti, mereka seperti menampakan roman bahagia saat bertemu dengan orang tua dan mertua, sehingga orang tua dan mertua hanya tahu kalau perkawinan yang dilalui anak dan menantunya berjalan dengan mulus dan bahagia tanpa ada masalah yang berarti. Padahal anak dan menantunya melakukan pernikahan karena ada tujuan-tujuan tertentu, bukan karena kesadaran ingin membangun keluarga yang bahagia dan diberkati oleh Tuhan.

Apakah mereka salah? "belum tentu!" karena kita tidak memiliki kapasitas menghakimi mereka!, siapa tau mereka melakukan semua itu karena suatu alasan seperti alasan ekonomi yang menghimpit misalnya! namun secara etika dan konsep dasar pernikahan apakah hal tersebut dapat dibenarkan, tentu dengan mudah kita dapat menjawab "Tidak", walaupun ada sebagian kalangan yang bertahan untuk membenarkan.

Demikian pula dengan adanya perjodohan oleh orang tua yang berpikiran kolot, dimana orang tua sudah sangat tahu dan paham kalau sang anak tidak akab bahaga dengan pernikahan yang akan dijalaninya, karena sang anak tidak memiliki perasaan ketertarikan sedikitpun, namun karena sang anak berfikir tidak ingin kualat dengan orang tuanya (dimana mereka berpikir orang tua telah bersusah payah melahirkan dan membesarkan serta mengurus mereka mulai dari di kandung hingga sampai saat itu) dan demi mau menyenangkan hati orang tua dan mertuanya, tanpa mau memperhatikan kebahagiaan dirinya sendiri maka mereka akhirnya menyatakan keiklasan dalam janji perkawinan yang diucapkan walaupun dalam hati nurani yang paling dalam mereka merintih sedih, menangis bahkan memberontak.

Berawal dari sanalah kemudian mereka mencari pelampiasan kekesalan dan kekecewaan hidup dan pembalasan dendam dengan mencari kepuasan lain dimana kepuasan itu tidak didapat dari pasangannya, walaupun kenyataannya hasil hubungan terlarang yang yang mereka lakukan bersama pasangan atau kekasih gelapnya tidak juga memberikan kepuasan maksimal baik secara lahir maupun batin, namun mereka sudah cukup puas karena telah berhasil mengekspresikan sikap maupun emosi pemberontakan jiwa yang terlalu menekan perasaan mereka, dan hal demikian akhirnya menjerumuskan mereka kedalam jurang kenikmatan yang semakin menyesatkan , hingga kemudian muncullah istilah orang ketiga dalam rumah tangganya yaitu WIL (wanita idaman lain) dan PIL (pria idaman lain).


Solusi Membangun Romantisme


Berpikir Positif

Berpikirlah tentang hal-hal yang baik tentang pasangan, lepaskan belenggu kecemasan yang menyiksa anda, dan beri dia kemerderdekaan yang dapat dipertanggung jawabkan sama seperti engkau menginginkan kemerdekaan.


Landasi PERNIKAHAN dengan perasaan 'CINTA, PERHATIAN, PENGERTIAN dan KETERBUKAAN"

Prinsipnya.!! Pernikahan akan lebih indah jika dilandasi dengan perasaan CINTA. Dan karena cinta maka seseorang akan lebih bahagia jika orang yang dicintai menjadi bahagia. Dan cara untuk membahagiakan orang yang dicintainya adalah dengan melakukan tindakan nyata melalui PERHATIAN dan kepekaan rasa dalam memberi dan menerima PENGERTIAN pada orang yang di cintainya. Bila cinta, perhatian dan pengertian dapat seiring dan sejalan, maka secara otomatis keduanya telah membangun hubungan dalam suasana penuh KETERBUKAAN. Dan dengan adanya keterbukaan, maka rasa curiga, sakit hati, luka batin dan berbagai persoalan lain, akan mudah diatasi dan di redam dengan baik karena lancarnya komunikasi yang telah dibangun bersama.



Dengan demikian!!!
Engkau akan merasakan 
"INDAHNYA PERNIKAHAN"
Dan... 
"Selalu bersyukur 
telah diberi TEMAN HIDUP yang baik"
Dan Otomatis
ENGKAU SEDANG MENJALANI PERNIKAHAN YANG ROMANTIS

Ilustrasi: Pasangan yang romantis


Urut artikel:
Sebelum ini: Kesadaran Dalam Perkawinan
Setelah ini: Bersambung


Ikuti tautan #MembangunSurgaKecil untuk fokus pada artikel
Dalam Rumahku Aku Membangun Surga Kecil
(Renungan Singkat Seputar Perkawinan dan Seksual)


0 comments: